Hari Ini

Hari Ini
Kamu bangun, lalu melihat sekelilingmu. Tak ada apa-apa. Hanya ada puing-puing rumahmu dan debu-debu yang berterbangan.
Kamu tak tahu apa yang terjadi malam kemarin. Kamu hanya ingat bahwa kamu tertidur pulas di atas tempat tidurmu setelah mecium dahi anak dan kekasihmu.
Kamu mencari-cari dimana mereka. Itu hal pertama yang ingin kau lakukan. Tapi apa daya kakimu terjepit runtuhan beton sehingga kamu tak bisa bergerak kemanapun. Air matamu mulai menetes. Bukan karena rasa sakit yang tubuhmu rasakan, bukan pula karena kamu tidak dapat mencari dimana keluargamu itu. Melainkan, kamu mengingat kejadian sore kemarin. Kejadian yang mungkin tak akan pernah kaulupakan seumur hidupmu mulai dari detik ini.

Sore itu, kamu pulang dari tempat kerjamu seperti biasa. Namun ada secarik poster yang menarik perhatianmu.

“What if you woke up tomorrow with only the things you thanked God for today ?”
          Kau hanya membaca sekilas poster bergambarkan seseorang yang tengah duduk sendirian melihat jalan yang sepi dengan pandangan sendu itu tanpa sedikitpun mengambil maknanya. Kau terus berjalan pulang menuju rumahmu. Di dalam otakmu hanya terpikirkan kalimat bantahan.
          “Hal seburuk itu tidak akan mungkin terjadi.”
          Air matamu masih menetes. Suara sirene ambulans, mobil pemadam kebakaran, dan teriakan-teriakan regu penolong, bahkan suara rintihanmu sendiripun sama sekali tak dapat kamu dengar. Kau hanya dapat merasakan lubang telingamu menjadi dingin saat ada angin bertiup.
          Matamu terpejam, kamu mengingat segala kenangan-kenangan indahmu di masa lalu yang dapat kau ingat. Namun itu malah semakin membuat luka di hati menganga semakin lebar.
          Saat seorang dari regu penyelamat menemukanmu lantas memanggil teman-temannya untuk mengeluarkanmu dari puing-puing itu air matamu mulai mengalir deras. Kau dapat membaca gerak bibir orang di depanmu yang berusaha menenangkanmu. Namun mulutmu tetap tak dapat diam, kau terus bertanya dimana keluargamu, dimana anakmu, dimana kekasihmu. Lantas orang itu mengangkat tangannya menunjuk ke suatu arah. Kau mengarahkan pandanganmu mengikuti arah itu dan air matamu mengalir semakin deras.
          Sesaat sebelum kamu berangkat menuju alam mimpimu entah mengapa poster yang kau lihat sore tadi terbayang kembali dibenakmu. Kamu berpikir tak salah bila kau mengikutinya.
          “Ya Allah, terima kasih kau telah memberiku keluarga seperti mereka. Keluarga yang hanya dengan melihatnya, maka segala permasalahanku sebelumnya terasa hilang. Aku berdoa atas keselamatan mereka, aku berharap dapat terus melihat senyum mereka sampai akhir hayatku nanti. Aaamiiin.”
           


0 comments:

Post a Comment