Di Sudut Layar Televisi

Aku sedang berbaring di dekat perapian ketika Beno pulang dari kantornya. Lantas Ia menyalakan televisi tanpa menontonnya. Memang, semenjak istrinya meninggal dunia, keadaan rumah begitu sepi. Hanya Aku dan Beno yang tinggal di sini (Ya, mungkin ada makhluk-makhluk lain yang tidak masuk ke dalam hitunganku) sehingga Beno selalu menyalakan televisi untuk membuat ramai suasana, yang menurutku malah memmbuat keadaan rumah semakin menyedihkan

Kedengarannya Beno sedanng sibuk mengerjakan sesuatu di kamarnya, “Bak-buk, Pak-puk, Blugh, TRANG!” Eh? Trang? Ya, mungkin ada benda terbuat seng sedang beradu. Aku tidak peduli. Aku sedang malas bergerak jika hanya untuk mengetahui keadaan di dalam kamar itu. Aku lebih senang mengolok-olok acara di televisi. 

Sepertinya ini memang strategi dari perusahaan atau stasiun televisi itu, membuat acara untuk diolok-olok. Cukup pintar menurutku, melihat kebutuhan memperolok di negeri ini memang tinggi. Sayang aku tidak bisa member pujian pada stasiun televisi itu karena televisi di rumah ini rusak di bagian sudut layar televisi. Sudut dimana biasa ditampilkan logo dari stasiun televisi itu tidak menampilkan gambar seperti seharusnya, hanya hitam pekat. Mungkin Beno adalah seorang ahli semiotik, makanya ia merusak sudur layar televisi itu.

Terdengar lagi suara dari kamar Beno, “Syaat-syuut, Ciaat, Hiaat, PLAK, Tung, BANG, Jess…” Beno sedang apa sih? Membuatku penasaran saja. Tapi, Aku masih ingin tidur-tiduran di sini, hangat. Lagipula, ada yang menarik di sudut layar letevisi yang lain. Ada dua ekor lalat sedang bercengkrama menutupi sudut layar itu.

Mungkin lalat itu lalat yang biasa terbang di sekitar kepala Beno saat ia sedang membaca buku-buku semiotic untuk bahan perkuliahan. Sehingga lalat itu bercengkrama di sudut layar televisi yang biasa menampilkan sampah-sampah masyarakat. Tidak ada rotan akar pun jadi. Beno memang sangat peduli dengan masalah kebersihan.

“Dar, Der, DUAR, BRAK, Prang, Tcasss, KYAAA.” Lah? Ini Beno sedang apa? Aku ke sana deh…. Eh? Ah sial, Aku lupa. Beno mengikat leherku di tiang dekat perapian karena kemarin Aku menerkam mahasiswi yang sedang didekatinya. Ah, coba saja aku ikut belajar bersama lalat di sudut layar televisi itu. Pasti aku bisa tahu apa yang terjadi di dalam kamar Beno.

“Tinuut-Tinuuut-Tinuuut” OH! Kalau ini Aku tahu, pasti bunyi mobil ambulance, eh? Atau pemadam kebakaran ya? Atau mobil polisi? Atau malah palang pintu kereta api? Atau bahkan mobil mainan anak tetangga yang baru berulang tahun kemarin?

Ah sudahlah, salah sendiri Bena mengikatku di sini.

0 comments:

Post a Comment