Kelinci Siram Kuah Mawar

Ini pertama kalinya Putra pergi ke tempat yang akan kuceritakan. Sebuah rumah makan cepat saji, tempat dimana pria-pria sibuk sepertinya dapat melepaskan rasa lapar dan menghilangkan dahaga mereka.
Kerlap-kerlip lampu warna-warni dalam remang malam, ditambah alunan musik bernuansa magis juga misterius, awalnya membuat Putra enggan melangkah lebih jauh. Tapi ia selalu mempercayai perkataanku, tak ada satupun nasihat dariku yang tidak dilakukannya. Termasuk nasihat untuk memberikan putrid semata wayangnya kepadaku untuk aku nikahi.

Putra memejamkan matanya, membiarkan kerlap lampu dan alunan musik menuntun jalannya. Aku bilang agar dia menghayati setiap langkahnya. Lagipula, restoran ini terkenal karena kemampuan membiusnya, kemampuan menghipnotis pengunjung agar pengunjung tersebut tidak perlu berpikir banyak dan dapat menikmati hidangan sepenuh hati.

Gendang telinga kanan Putra menangkap sebuah getaran suara yang disinyalirkan sebagai sebuah kalimat.
“Selamat datang, Selamat berbelanja.” Ucap sumber suara itu.

Putra tetap memejamkan matanya, mengikuti nasihatku, sehingga ia hanya bisa membayangkan sumber suara itu adalah makanan pembuka, yang sayangnya bukan untuk dijual.

“Makan di sini atau dibawa pulang?” Suara itu menambahkan.

“Makan di sini saja.” Aku tidak melarang Putra untuk berbicara, Aku tidak sejahat itu.

Lalu sumber suara itu menyentuh tangan Putra yang dingin oleh kesepian, menuntun Putra kesebuah ruang makan, menunjukkan tempat duduk dan membukakan buku menu. Putra tidak perlu membuka matanya untuk melihat daftar menu, foto makanan, dan harganya.

“Menu special hari ini apa?” Tanya Putra.

“Ada kelinci siram kuah mawar, masih muda, masih fresh, dan dagingnya kencang.”

“Pedas?”

“Panas. Original. Tidak Crispy.”

Putra merebahkan tubuhnya sementara sang sumber suara meninggalkan ruang makan. Tak lama, Sang Kelinci memasuki ruang makan diiringi alunan magis yang tadi. Putra tidak dapat melihat bentuk tubuh Kelinci yang dikatakan masih fresh dan kencang itu. Namun, semerbak mawar dan panas tubuh Kelinci yang “pas” dapat meningkatkan gairahnya, dan menghangatkan tubuhnya.

Sama halnya dengan Putra, Aku memberi saran padamu untuk meneruskan membaca cerita ini dengan mata terpejam, agar kamu bisa menghhayati cerita ini kata per kata. Kau cukup membayangkan kata apa yang akan muncul di benakmu, lalu membentuknya menjadi cerita pergulatan antara Putra dan Sang Kelinci. Selamat memejamkan mata!

“Ada saus? Aku tidak biasa makan tanpa saus.” Tanya Putra ketika merasa ada yang kurang di indera perasanya.

“Tomat? Atau Sambal?”

“Saus kepiting ada?”

“Biar Aku carikan.” Kelinci itu mencopot satu bola matanya, yang tentu saja tidak dapat dilihat oleh Putra.
Merekapun melanjutkan pergulatan sementara mata Kelinci mencari di mana saus kepiting disimpan.

0 comments:

Post a Comment