SEDIKIT KUTU

Sebuah dialog imajiner antara aku dan kucing jalanan yang sedang lewat di depan rumahku.
"Hey! Ada sedikit kutu di rambutmu!" 
"Biarkan saja, Mereka lucu."
"Bukannya menggigit?"
"Biar saja. Mereka lucu."
"Tidak gatal?"
"Masih bisa kutahan. Sayang. Mereka lucu."
"Kau tidak takut nanti akan bertambah banyak?"
"Malah bagus bukan? Akan banyak kutu lucu di rambutku."
"Nanti darahmu habis dihisap oleh mereka!"
"Tak apa. Aku rela. Mereka Lucu."
"Kalau begitu kau jangan mendekat padaku, Nanti aku tertular kutumu."
"Tenang saja. Kutu-kutuku setia kok. Kau tidak usah GR begitu."
"Tapi aku jadi penasaran, Apa mereka sebegitu lucunya?"
"Tidak juga. Tapi bagiku mereka lucu."
"Atau…jangan-jangan kau terkena santet kawan."
"Biar saja. Tak kena pun aku akan menyukai mereka. Mereka lucu."
"Sekarang aku yakin kau terkena santet. Aku akan menolongmu."
"Sudah kubilang tak usah. Aku mengontrol penuh diriku. atau jangan-jangan kamu yang cemburu?"
"Aku? Cemburu?…Sejak kapan aku pernah cemburu?"
"Sejak kamu tidak memiliki kutu. dan aku memiliki kutu?"
"Bagaimana mungkin seekor kutu dapat membuatku cemburu?"
"Kamu pernah memiliki kutu bukan? Dan sekarang tidak lagi. Mungkin kamu rindu."
"TIdak!"
"Aku tahu kamu rindu. Akui saja."
"Oke-oke. Aku rindu. Tapi sudah menjadi keputusanku bertahun-tahun silam untuk tidak memiliki kutu lagi. Kata temanku. Mereka berbahaya."
"Tapi sekarang temanmu juga memiliki kutu di rambutnya bukan?"
"I…i..iya sih. Makanya aku bilang mereka berbahaya. Temanku yang begitu kuat saja bisa ditaklukan olehnya.
"Ah sudahlah. Kalau kamu memang rindu. Kau tinggal mencari kutu baru, beruntung kamu bisa mendapat yang lucu sepertiku."
"Tidak…."
"Ya sudah. Selamat tinggal. Aku harus ke kampus sekarang."
"Selamat tinggal."

0 comments:

Post a Comment